ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Menikmati Keberagaman yang ‘Njlimet’ dan ‘Mbulet’ di Dalam Keluarga

Moddie Alvianto W. oleh Moddie Alvianto W.
9 Desember 2016
0
A A
Menikmati Keberagaman yang 'Njlimet' dan 'Mbulet' di Dalam Keluarga

Menikmati Keberagaman yang 'Njlimet' dan 'Mbulet' di Dalam Keluarga

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebab saya memang bukan ahli nujum, tentu saya tak pernah bisa menebak, apa yang kira-kira saat ini anda inginkan. Namun, jika kebetulan saat ini anda sedang menginginkan cerita yang cukup njlimet dan mbulet perihal silsilah dan keberagaman di dalam keluarga, maka ijinkan saya untuk menawarkan cerita ini kepada anda.

Saya Jawa sedikit Tionghoa. Tionghoa di bagian mata. Sedangkan lainnya tidak seperti orang Tionghoa kebanyakan. Mata saya sipit sedangkan kulit saya sawo setengah matang. Kalo orang Barat bilang, saya berkulit eksostis. Entah itu merendahkan atau memuji.

Saya lahir di Jakarta. Ibu saya asli Betawi. Bapak saya asli Surabaya. Jadi kalo saya misuh, saya bisa dua bahasa. “Pe’a” bisa, “Jancok” pun monggo.

Kakek dan nenek saya dari pihak Ibu adalah keluarga Solo. Beragama Hindu. Dulunya, ibu saya adalah orang Hindu. Karena menikah dengan bapak saya yang beragama Islam maka ibu kemudian pindah ke Islam. Begitu pula dengan ketiga adik ibu. Karena bersentuhan dan menikah dengan orang Islam, maka mereka pun pindah juga ke Islam. Lain halnya dengan kakak ibu yaitu bude yang masih beragama Hindu.

Anak bude saya ada tiga. Semuanya berbeda dalam hal keyakinan. Anak pertama karena menikah dengan orang Islam Padang maka sepupu saya tersebut pindah ke Islam. Anak kedua karena menikah dengan orang Tionghoa Buddha maka yang ini pindah ke Buddha. Anak ketiga karena menikah dengan orang Katolik maka ia menjadi Katolik. Lalu bagaimana dengan bude dan pakde saya? Tetap beragama Hindu.

Itu saya baru cerita keluarga kandung dari ibu saya. Kalo sepupu ibu saya malah lebih banyak lagi. Nenek saya memiliki 14 saudara. Dan tiap saudara memiliki 5-6 orang anak. Jadi bayangkan berapa sepupu dari ibu saya? Ya. Benar sekali. Sekitar 90 bahkan 100 sepupu, jumlah yang sangat cukup untuk mendirikan yayasan pendidikan sendiri. Maklum, zaman dulu belum mengenal KB. Jadi ya digenjot terus selama masih bisa. Lha wong enak kok.

Diantara sekian banyak sepupu ibu tersebut, masing-masing punya pilihan agama yang beragam. Bahkan salah satunya adalah Romo yang kini sudah almarhum. Salah satu Romo tertua di kota Malang, bahkan mungkin di Indonesia.

Eh, ada lagi. Kakak dari kakek saya dulunya adalah Dirjen Bimas Katolik. Walaupun begitu kakek saya tetap beragama Hindu.

Ini belum seberapa. Masih ada silsilah yang lain. Tapi tenang, saya nggak akan menceritakannya sekarang disini, sebab saya sadar, tujuan anda baca Mojok adalah untuk merenggangkan pikiran, bukan malah untuk mengerutkan dahi.

Nah, perihal keberagaman yang begitu njlimet di lingkungan keluarga saya, apakah ada masalah? Jawabannya nggak ada, ya, sama sekali nggak ada. Lalu bagaimana dengan perayaan hari besar?

Begini. Kami selalu merayakannya bersama-sama. Baik itu Idul Fitri, Natal, Nyepi, maupun Waisak. Tak ada pertentangan di dalam keluarga saya. Semua menikmati. Menghormati. Menghargai ragam budaya. Agama. Ras. Dan tetek bengek lainnya.

Kami nggak ada masalah. Toh kata Pak Jokowi, “Mayoritas melindungi Minoritas, Minoritas menghormati Mayoritas.” Masalahnya adalah siapa yang menjadi mayoritas dan siapa yang menjadi minoritas? Ah itu juga tak penting. Wong kami tiap tahun selalu merayakannya bergantian kok. Bersama-sama pula.

Seperti sekarang ini, misalnya. Saat bulan Desember datang, bulan musimnya Natal. Rumah-rumah sepupu yang beragama Katolik akan menghiasinya dengan ornamen Natal. Ada pohon, sinterklas, lampu dan masih banyak hal lainnya. Tentunya, kami tak hanya antusias membantu. Kami juga akan saling mengirimkan berbagai kudapan ataupun makanan berat.

Saat hari Natal tiba, kami akan berkumpul di rumah sepupu saya. Saling mengucapkan selamat hari Natal. Begitupun saat idul Fitri, kami akan berkumpul di rumah salah satu keluarga yang Muslim untuk kemudian mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, untuk kemudian makan bersama.

Di momen-momen itulah kami benar-benar merasakan kebahagiaan berkeluarga dalam perbedaan yang sesungguhnya, sekaligus menikmati hak sepenuhnya untuk menjadi umat dalam agama yang kami yakini, dimana sebelum makan, kita semua berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Sebab, kami meyakini, bahwa yang boleh ditukar-tukar dan diicip-icip hanyalah makanan, bukan keyakinan. Sama seperti kami meyakini, bahwa perbedaan ada untuk menyatukan, bukan untuk saling menyakiti atau menghancurkan.

Jadi, kapan anda ada waktu? saya mau melanjutkan cerita soal silsilah keluarga saya yang lain, yang tidak kalah mbulet dan njlimet dari yang ini.

Terakhir diperbarui pada 8 Agustus 2017 oleh

Tags: AgamaHinduIslamkeluarganasraniNatal
Iklan
Moddie Alvianto W.

Moddie Alvianto W.

Analis di RKI. Tinggal di Yogyakarta.

Artikel Terkait

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 11
Movi

Gus Baha dan Pemikiran Cerdasnya tentang Esensi Beragama | Semenjana Eps. 12

28 April 2025
Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid
Movi

Dinamika Politik di Masjid Istiqlal dan Fenomena Muslim Tanpa Masjid

30 Maret 2025
Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram
Movi

Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram

18 Maret 2025
Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Movi

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

pengalaman pertama naik krl jogja-solo, klaten.MOJOK.CO

Pengalaman Pertama Orang Klaten Naik KRL Jogja-Solo, Sok-sokan Berujung Malu karena Tak Paham Kursi Prioritas dan Salah Turun Stasiun

13 Juni 2025
Polisi Perkosa Korban Pemerkosaan Kengerian Sebuah Negara MOJOK.CO

Polisi Perkosa Korban Pemerkosaan: Wujud Kengerian Negara Ini yang Melanggengkan Penyiksaan dan Kekerasan Terhadap Perempuan

12 Juni 2025
Universitas Brawijaya (UB) Malang.MOJOK.CO

Ditolak UB dan Terpaksa Kuliah di Kampus Tak Terkenal, Kini Malah Sukses: Dapat Kerja Gaji Dua Digit setelah Ratusan Lamaran Ditolak

11 Juni 2025
Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

15 Juni 2025
Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.