ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Suara Cewek Simpanan: Kami Ada dan Tak Berlipat Harta

Linggar Rimbawati oleh Linggar Rimbawati
28 Agustus 2016
0
A A
cewek simpanan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebenarnya saya agak ngeri menulis soal ini dan mengirimkannya ke media. Tapi, gimana ya, saya kepengin nulis dan kepengin banget nulis di Mojok. Biar ngetop kayak Dik Kalis Mardiasih itu, lho. Syukur-syukur saya bisa dapet bibrikan yang ‘wajar’ dibanding pacar-pacar saya sebelumnya.

Jadi gini, setelah membaca tulisan Mbak Novi Christanti dengan judul yang cukup membuat jantung saya mak deg, “Menjadi Selingkuhan yang Sebaik-baiknya, Sehormat-hormatnya,” saya kok jadi ngerasa punya kawan, nggak sendirian gitu: Bahwa saya jadi berbesar hati dan tidak menganggap diri senista-nistanya orang atas apa-apa yang telah dan sedang saya lakoni.

Saya juga jadi kepengin nulis dan berbagi pengalaman saya dengan teman-teman sejagad Mojok dan memotivasi (haiyahh memotivasi?) Anda yang barangkali berada di posisi yang sama dengan saya.

Ya, berbagi pengalaman menjadi cewek simpanan. Ehem.

Cobalah tanyakan setiap wanita yang Anda jumpai di jalan, mal, angkringan, pasar atau mana saja: “Apakah Anda bercita-cita menjadi perempuan simpanan/selingkuhan?”

Saya yakin, demi desahan merdu Mayang Sari tidak ada perempuan yang bercita-cita jadi selingkuhan. Begitu juga saya.

Saya tidak pernah menyangka bahwa akan ada fase dalam hidup saya di mana saya ditakdirkan menjadi selingkuhan. Dan itu sakit. Lebih banyak sakit dan pahitnya daripada bahagianya. Bukan hati lagi yang dimakan, tapi empedu. Mungkin juga pankreas.

Barangkali, orang-orang menganggap jadi cewek simpanan itu enak, apalagi jadi simpanan oom-oom tajir. Nggak usah capek-capek kerja atau belajar, dikasih duit, diajak belanja, dimanja-manja, dibeliin rumah.

Ya, banyak juga yang gitu. Tapi tidak semua cewek simpanan seberuntung itu. Dunia perselingkuhan juga mengenal kasta kelezzz…

Kalau sekelas artis-artis di tipi ya jadi simpanan oom-oom pejabat atau pengusaha kaya raya. Lha, kalau mahasiswa biasa kayak saya sih paling banter jadi selingkuhannya dosen dengan gaji pas-pasan yang selalu bilang:

“Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk kamu.”

Jangan bayangkan ‘pacar’ saya itu adalah dosen bejat muka mesum yang suka having dinner dengan mahasiswi cantik bahenol lantas dengan mudahnya mengobral nilai A. Dia adalah orang yang sangat menjaga reputasi. Boro-boro ngamar di hotel, janjian ketemuan di bioskop saja dia nggak punya nyali.

Dia juga nggak pernah grepe-grepe saya apalagi sampai bercinta. Mau gituan di mana cobak? Di parkiran kampus? Di kantor? Too risky, man.

Jadi, perselingkuhan kami ini adalah perselingkuhan metafisik. Rada ghaib gitu, deh. Kami dekat dan ‘liar’ secara emosi tapi tidak berani mewujudkannya secara fisik. Pengecut? Iya.

Dan jangan bayangkan dengan mudahnya saya dapat nilai A di mata kuliah yang diampunya atau skripsi saya dengan mudah di-ACC atau bahkan dibikinkan oleh dia. Sori, ye, saya tidak serendah itu.

Pacaran dengan dosen justru membuat saya suka belajar. Yaa.. walaupun semester saya turah-turah. Sama dengan Dik Kalis saya butuh waktu 7 tahun untuk menyabet gelar sarjana.

Tapi demi cinta saya kepadanya, saya tetap semangat menimba ilmu dengan lanjut ke jenjang S2 (selain karena gagal lulus PNS dan susah dapat kerja meskipun tenaga honor..hehehe).

Lalu, kenapa saya bertahan dengan dia sebegitu lama? Kalau boleh jujur, jawabannya adalah karena nggak ada cowok yang wajar (maksudnya yang single dan seumuran) yang mau sama saya. Kan, nggapleki!

Padahal, saya juga nggak jelek-jelek amat. Kalau saya jelek, helow, nggak mungkin saya dilirik laki orang. Tapi, ya itulah, misteri nasib.

Alasan lainnya adalah kenyamanan. Seperti lagunya Rizky anaknya Sule “…berada di pelukanmu, mengajarkanku apa artinya kenyamanan…” yang sayangnya pelukan itu hanya ada di fantasi kami semata.

Ngenes? Banget! Tapi saya memang merasa nyaman dengan dia. Hati ini terasa hangat ketika terima SMS dari dia.

Yah, walaupun durasi nyaman itu jarang bertahan lama lantaran SMS-SMS berikutnya jarang dibalas karena dia super sibuk. Seperti yang dia bilang, bahwa dia tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk saya, termasuk perhatian, termasuk kepastian…

Boro-boro ditransfer uang untuk beli lipstik atau kutang berenda…

Alasan ketiga, karena dia dewasa, tidak egois, bijak, kebapakan. Ya iyalah, umurnya aja sama tuanya dengan ayah saya.

Oke, bilang saya menjijikkan, mau-maunya pacaran sama tua bangka.

Bagi kalian yang mikir gitu, saya kasih tahu, ya. Enakan pacaran sama orang yang jauh lebih dewasa (baca: tua) daripada mereka yang muda, yang sama-sama muda cenderung egois dan kasar.

Apalagi mereka yang muda, luntang-luntung, kuliah nggak selesai, hobinya cuma ngegame, suka miras, gampang sange. Apa nggak habis saya digrepe-grepe? Mungkin saya nggak perawan lagi kalau pacaran sama elu-elu yang begitu.

Alasan terakhir, saya sudah capek nulis, karena dia seorang intelektual. Wuih, sok yes ya saya. Tapi emang kok, pacaran sama kaum cendekia banyak positifnya bagi saya.

Kita bisa kecipratan ilmunya, semangatnya untuk terus belajar. Apalagi kalau minatnya di bidang yang sama. Kan, asyik bisa diskusi, bisa minta pendapat dia.

Jauh lebih baik jadi simpenan oom-oom yang ngintelektuil daripada pacaran sama cowok seumuran yang tahunya cuma ngegame dan sange kan? Yo po ra? Pikiren jal..

Tapi, ya namanya selingkuhan, saya mah apa… Tetep banyak sepetnya daripada manisnya.

Namun demikian, saya tetap bertahan dan bertahan, menikmati yang sepet-sepet itu. Putus dari dia, eh bukannya saya ‘tobat’ dan kembali ke ‘selera yang benar’ saya kembali klepek-klepek terpesona sama oom-oom doktor lulusan universitas prestis di Ostrali.

Kisah kali ini juga tak kalah sepet dengan kisah yang lalu. Entahlah, mungkin saya masokish akut. Dan, di antara nikmat derai air mata dengan lirih saya menyanyi:

Pengenku SMS-an wedi karo bojomu…
Pengen telpon-telponan wedi karo bojomu…

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2021 oleh

Tags: cewekcewek simpanan
Iklan
Linggar Rimbawati

Linggar Rimbawati

Artikel Terkait

ilustrasi Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang mojok.co
Pojokan

Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang

26 Agustus 2021
Curhat

Dilema Tidak Berani Berkenalan Padahal Ketemu Hampir Tiap Hari

12 September 2020
shopee, tokopedia, belanja, cewek, cowok, market place mojok.co
Pojokan

Shopee Lebih Disukai Cewek dan Tokopedia Disukai Cowok, kok Bisa Gitu?

28 Mei 2020
Pojokan

Menguak Makna Kata “Lucu” yang Misterius dan Sering Diucapkan Cewek

30 Maret 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

ngopi di jogja, coffee shop jogja, mahasiswa baru.MOJOK.CO

Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso

12 Juni 2025
Orang Kebumen pertama kali ke Jepang, bingung perkara toilet MOJOK.CO

Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air

14 Juni 2025
Pilih slow living di Gunungkidul, Jogja usai pindah kerja di sebuah perusahaan yang ada di Dubai. MOJOK.CO

Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul

12 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO

Muslihat Penulisan Ulang Sejarah Mei 1998: Memberikan Penghargaan kepada Soeharto dan Menyangkal Bukti Pemerkosaan

17 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.