ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Tragedi Tiket Bioskop

Satmoko Budi oleh Satmoko Budi
29 September 2014
0
A A
Tragedi Tiket Bioskop

Tragedi Tiket Bioskop

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Kenangan apakah yang Anda miliki dengan tiket bioskop?

Di masa SMP saya dulu, mempunyai tiket bioskop seperti memiliki tablet di era kini. Begitu perlente. Harga tiketnya, waktu itu, memang masih di bawah seribu rupiah. Bioskop di kota kabupaten tempat saya tinggal sehari memutar film antara jam 1 hingga jam 11 malam. Jeda di antara setiap pemutaran film adalah 2 jam. Sehari, satu film diputar 5 kali.

Jika malam Minggu tiba, meski anak tergolong ingusan, saya sering nekat nyelonong nonton film yang sebenarnya khusus untuk orang dewasa. Dan paginya, dengan bangga saya bisa menunjukkan sobekan tiket hasil tontotan midnight show pada teman sepermainan, bahkan juga orang dewasa. Amazing. Bisa nonton film di bioskop rasanya sungguh katarsis bingits.

Di masa itu, tak terasa, bioskop juga menjadi ruang orgasme bareng. Peleburan kebahagiaan berbagai kelas sosial, kaya-miskin, bisa tumplek blek dalam satu gedung, nonton film sambil pal-pul pal-pul udud, meskipun sebenarnya dilarang.

Begitulah, di masa saya kecil, sobekan tiket bioskop seperti sebuah legitimasi atas gaya hidup. Lebih dari itu adalah legitimasi kedewasaan. Seolah-olah memang sudah menginjak 17 tahun.

Tentu, akan menjadi bencana tersendiri kalau sobekan tiket bioskop itu diketahui orang tua. Misalnya, kelupaan ketinggalan di saku celana, kemudian ketahuan sebelum tercuci. Kena damprat ibu saya itu pasti. Meskipun bagi saya, ya hanya kena damprat saja. Uang saku tetap tidak berkurang. Ayah saya paling hanya nyuruh hati-hati saja. Ia amat jarang marah. Pokoknya, bagi ayah saya, jangan sampai kebablasan yang enggak-enggak. Nonton filmnya juga disuruh selektif. Jangan asal nonton, terlebih lagi yang saru. Syukurlah, saya punya orang tua yang baik hati, yang bisa mendudukkan amarah dan tetap mempercayai anaknya untuk berkembang dan memilih sendiri mana yang baik.

Tapi ada rasa malu yang terus terekam ingatan tentang tiket bioskop. Waktu itu saya sedang pedekate dengan cewek seusia yang saya taksir. Salah satu senjata yang membuat saya merasa percaya diri tentu adalah menunjukkan sobekan tiket bioskop dengan cara tidak secara langsung. Duduk bertamu ngobrol ngalor-ngidul dulu, baru pura-pura telungkup, lantas tiket bioskop pun jatuh dari saku baju.

Harapan saya, aksi semacam itu bisa menjadi dua isyarat: saya sudah dianggap dewasa oleh si dia, dan si dia juga kemudian mau saya ajak nonton film. Celakanya, ketika akting semacam itu saya praktekkan, hasilnya tak mujur. Si dia sama sekali tidak kesambet dengan gaya pendekatan saya.

Kesalahan saya cukup sepele. Ketika sobekan tiket bioskop itu jatuh, dia komentar, “Wah, habis nonton ya, kapan itu?” Saya jawab, “Kemarin. Film Jacky Chan.”

Setelah jeda beberapa lama, dia bilang lagi, “Kemarin kan filmnya yang dibintangi Inneke. Itu kan film panas. Lho, katamu tadi nonton Jacky Chan?”

Gara-gara lontaran tipuan saya itu, ia rupanya tidak respek dengan saya. Ketika saya bilang nonton filmnya Jacky Chan, sebenarnya matanya sudah berbinar-binar, membangkitkan optimisme saya seolah tanda mau saya ajak nonton. Namun, ketika saya ketahuan berbohong bahwa yang saya tonton film hot, ia kemudian sama sekali tidak simpati dengan saya.

Besok-besoknya lagi, ketika saya bilang mau main, ia selalu menolak didatangi dengan berbagai alasan.

Tak lama setelah tragedi pendekatan yang memilukan dan salah lobi itu (tentu waktu itu saya belum mengenal Ruhut Sitompul jadi belum bisa belajar bahasa lobi yang baik), suatu sore saya lewat bioskop. Ia terlihat sedang akan menonton film Jacky Chan bersama lelaki usia SMA. Siapa dia, saya tidak kenal. Saya sedang naik sepeda dan hanya melintas di depan gedung bioskop. Ia tidak melihat saya.

Saya lihat juga, gambar-gambar film yang terpampang, film sejenis yang dibintangi Inneke masih nunggu giliran diputar. Sekian hari lagi.

 

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2019 oleh

Tags: bioskopkenangantiket
Iklan
Satmoko Budi

Satmoko Budi

Artikel Terkait

pengalaman pertama ke bioskop, pakuwon mall jogja.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Pertama ke Bioskop: Orang Desa Salah Pesan Tiket Mahal sampai Tersesat di Pakuwon Mall Jogja, Mau Bertanya Takut Dikira Kampungan

11 April 2025
Derita Orang Rembang, Makan Mie Gacoan Harus ke Tuban MOJOK.CO
Ragam

Derita Tinggal di Rembang: Harus Tempuh 2 Jam ke Tuban Demi ke Mal, Nonton Bioskop atau Sekadar Makan Mie Gacoan

6 Maret 2024
Mengenang Bioskop Senopati Jogja: Saat Asmara dan Gairah Mudaku Bertemu di Surganya Film Panas Jogja.mojok.co
Histori

Mengenang Bioskop Senopati Jogja: Saat Asmara dan Gairah Mudaku Bertemu di Surganya Film Panas Jogja

9 Februari 2024
ugm jogja.MOJOK.CO
Kampus

Dulu Masuk UGM Pernah Dipatok Tarif Rp1000, Picu Protes Besar yang Membuatnya Kembali Terbuka Gratis

8 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Makan yang Sopan dan Tidak Sopan

Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

Pemandangan Gunung Merapi dilihat dari Bukit Argobelah, Deles Indah. MOJOK.CO

Bukit Argobelah: Tempat Terbaik Melihat Pemandangan Gunung Merapi dari Dekat, Tak Sampai Satu Jam dari Jogja Bisa Dapat Ketenangan Batin

5 Juni 2025
Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg MOJOK.CO

Derita Orang Jawa Timur, Mau Hidup Ayem tapi Kena Cap Jelek karena Ulah Pencak Silat hingga Sound Horeg

9 Juni 2025
cikarang.MOJOK.CO

Ironi Cikarang, Favorit Perantau Cari Kerja tapi Banyak Warganya Susah Dapat Kerja: “Nganggur di Negeri 1.001 Pabrik”

10 Juni 2025
Bus Sugeng Rahayu untuk perjalanan dari Surabaya ke Jogja. MOJOK.CO

Pengalaman Katrok Naik Bus Murah Antar Kota, Merasa Gusar Selama 9 Jam Perjalanan karena Takut Salah Turun Terminal

4 Juni 2025
Fakultas Ilmu Administrasi UI.MOJOK.CO

Fakultas Ilmu Administrasi UI Menjadi Redflag Gara-gara 3 “Mitos” yang Sudah Jadi Rahasia Umum, Bikin Mahasiswanya Menyesal Kuliah di Sini

9 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.